...
Diantara sisa rokok dalam asbak usang, ada rindu yang memilih tak
ingin usai. Begitu juga tentang kamu, anak mimpi di kuncup bibirmu
adalah satu hal yang tak kuasa dipahami sepi dalam puisi.
Sesungguhnya ketiadaan adalah keadaan yang tak Tuhan iyakan. Walau
terlanjur candu pada luka yang menjalar, serupa merindukanmu tanpa
penawar.
Pada nyatanya, manusia tidak butuh sesiapapun pendusta bahagia.
Seuntaian kalimat suka cita memilih mati, ketika senyummu terbawa
pergi sisi rencana, cerita setiap pagi. Mati perlahan, tiap langkah kita
terlantukan, sedang rindu sengaja kau tinggalkan.. dan kita satu sama
lain kau tunggalkan.
Rindu? rindu sering menjadi budak yang di-nina-bobo-kan mimpinya sendiri.
Seketika, pernah kita sama-sama saling meneduh tenang pada peluk yang
kita ciptakan, jauh sebelum kita saling menuduh dan saling menyalahkan.
Terimakasih. Kepergianmu mengenalkanku pada dunia baru, senja tanpa waktu, raja tanpa ratu.
Kita kalah telak oleh waktu, dan kelak kepalaku akan ditumbuhi putih merindumu.
_Gonia
0 comments:
Posting Komentar