.
Adakah yang lebih ramai dari riuh tawa
canda?
Ada.
Dua cangkir kopi dengan kita yang
saling memenjarakan kata, dan membiarkan mata kita saling bicara.
Adakah yang lebih sepi dari kesendirian?
Ada.
Ketika dua manusia saling mencinta
tanpa ada ‘kita’ diantaranya.
Adakah luka yang lebih menyakitkan dari
putus asa?
Ada.
Ketika bertahan adalah pilihan terakhir dalam air mata
pesakitannya.
Adakah jalan yang lebih panjang dari
jarak yang pernah ada?
Ada.
Itulah kita.
Terima kasih sudah datang, lagi, dan pergi
tanpa pamit, untuk kesekian kalinya.
Darimu, aku banyak belajar tentang rasa
sakit.
Darimu, aku banyak belajar tentang
mimpi.
Darimu, aku banyak belajar cinta,
iya,
bahwa cinta memang tidak selalu harus memiliki.
Rasa itu masih sama. Bahkan getarannya.
Apalagi kenyamanannya.
Hanya saja, rasa itu tak bernama, asing.
Pun bertuan, dia piatu sekarang, tak
bernona.
Bahkan aku terlalu mencintai setiap
pertemuan kita, walau selalu berujung sajak tak bernama.
Jaga diri kamu baik-baik.
Sampai bertemu
lagi, disuatu nanti yang kapan entah.
Jika esok kau datang lagi,
semoga aku
sudah siap, untuk pesakitan selanjutnya.
.
1 comments:
Hai, Khadafi. Tulisan yang bagus.
senang bisa mampir. keep writting ya. :'>
Posting Komentar