.
Ada yang diam-diam ingin disapa olehmu. Percayalah.
Ada yang mengharap pertemuan kedua, setelah
matamu mendarat di matanya, tanpa aba-aba. Ada yang setiap hari terbangun
buru-buru, demi sebuah frasa ‘Selamat pagi’ dari bibirmu. Ada yang tak pernah
berhenti mencatat. Sebab, setiap kalimatmu adalah peta. Ia tak mau tersesat.
Ada mata yang berbinar sempurna dalam
tunduk sipu, tiap kau sebut sebuah nama, miliknya. Ada yang mengembangkan
sesimpul lengkung di bibirnya, di balik punggungmu, malu-malu. Ada yang memilih
terduduk saat jarakmu berdiri dengannya hanya beberapa kepal. Lututnya melemas,
tiba-tiba. Ada yang tak pernah melepas telinganya dari pintu. Menunggu sebuah
ketukan darimu.
Ada yang dadanya terasa berat dan kau tak pernah tahu,
saat kau tak tertangkap matanya beberapa waktu. Ada yang pernah merasa begitu
utuh, setelah kaki-kaki menjejak jauh darinya. Sekarang, runtuh.
Ada yang diam-diam mendoakanmu, dalam-dalam.
Percayalah.
oleh Ndigun dalam Opera Aksara
0 comments:
Posting Komentar