...
esensi sebuah 'final exam' & nilai
udh lama aku pgn bgd nulis tentang hal ini, akhirnya kesampaian juga setelah kemaren tiba-tiba aku nemuin suatu hal yang tidak sengaja.
tepatnya Senin lalu, 04 ApriL 2011, waktu aku lagi ujian. Tiba-tiba mataku menemukan sebuah kalimat yang cukup membuatku tertohok.
gini tulisannya,,
"esensi sebuah ujian itu apa?
coba kalau ga ada kalkulator,
kalian pasti akan lebih pintar!"
nah, disini aku mau menyoroti tentang 'esensi sebuah ujian' (...dan nilai atau IP tentunya) serta 'adanya kalkulator'
mungkin kalian yang bukan kuliah di tempatku, Jurusan Teknik SipiL dan Lingkungan FT UGM, akan bertanya-tanya kenapa aku mengangkat 'sebuah kalkulator'??
tapi mungkin aku mau membahas mengenai dua hal tersebut secara bersama, tidak di tulisan yang lain karena menurutku kedua hal itu juga berhubungan.
sebelumnya,,
tulisanku ini sama sekali tidak ada maksud memojokkan suatu pihak atau menjelekkan pihak tertentu, tapi ini hanya sebuah uneg-uneg pribadi aku yang aku angkat di blog ini, jadi murni pendapatku pribadi. jika ada pendapat, silakan 'comment' aja di tulisan ini...
langsung aja,,
ya, sesuatu yang ada dibenakku setelah membaca atau mendengar kalimat 'esensi sebuah ujian' (...dan nilai tentunya) yaitu 'nilai itu bukan segalanya!'
banyak hal tersirat yang ada di kalimat 'nilai bukanlah segalanya!',,
pertama, nilai hanyalah sebuah jalan atau 'tool' untuk mengetuk pintu saat kita mendaftar atau mencari pekerjaan nanti. mungkin ada perbedaan antara mahasiswa 'freshgraduated' yang 'supercumlaude' dengan mahasiswa biasa yang Indeks Prestasinya pas-pasan, dan apalagi dibandingkan dengan mahasiswa yang 'nasakom' (nasib satu koma). Jelas beda, dan pasti beda. Orang yang 'cumlaude' pasti ada nilai lebih saat seleksi tahap awal, seleksi administrasi, tapi inget, ada pertimbangan mengenai softsklill kita, apalagi saat kita wawancara. Tapi, pendapatku pribadi, walaupun aku bilang 'nilai bukanlah segalanya' tapi tetap, tanggung jawab ada dipundak kita.
Kita dikuliahkan disini bukan hanya sekedar kuliah, tapi ada tanggung jawab moral sendiri yang aku rasain, terutama ke orang tua. dan mungkin caranya berbeda tiap mahasiswa untuk 'mendapatkan' nilai tersebut. sekarang pertanyaan yang muncul adalah 'apa kita disini kuliah hanya untuk mengejar nilai saja? apa nilai adalah segalanya? apa nilai itu indikator kesuksesan kita nanti?'
Tidak!, sekali lagi TIDAK! nilai bukanlah segalanya! Justru ditempatkan inilah kita menimba pengalaman sebanyak-banyaknnya tanpa harus meninggalkan tugas utama kita disini, kuliah!
tapi jangan sampai salah persepsi lagi mengenai tugas utama kita, kuliah, sehingga meninggalkan kesempatan yang benar-benar tidak akan kita dapatkan lagi di dunia perkuliahan ini untuk mencari pengalaman dan meningkatkan softskill seoptimal mungkin. kalian semua pasti sering mendengar bahwa softskill-lah yang menentukan hampir 75% kesuksesan kita nanti. kalian sudah dewasa, tahu mana yang menurut kalian lebih baik. Sekali lagi, ini semua hanya pendapat saya.
Tidak!, sekali lagi TIDAK! nilai bukanlah segalanya! Justru ditempatkan inilah kita menimba pengalaman sebanyak-banyaknnya tanpa harus meninggalkan tugas utama kita disini, kuliah!
tapi jangan sampai salah persepsi lagi mengenai tugas utama kita, kuliah, sehingga meninggalkan kesempatan yang benar-benar tidak akan kita dapatkan lagi di dunia perkuliahan ini untuk mencari pengalaman dan meningkatkan softskill seoptimal mungkin. kalian semua pasti sering mendengar bahwa softskill-lah yang menentukan hampir 75% kesuksesan kita nanti. kalian sudah dewasa, tahu mana yang menurut kalian lebih baik. Sekali lagi, ini semua hanya pendapat saya.
kedua, seperti yang udah aku jabarin tadi di point pertama, kita ada tanggung jawab moral sendiri terhadap nilai yang kita peroleh tapi tetap, 'nilai bukanlah segalanya'. Jadi, pendapatku selanjutnya adalah 'nilai itu bisa diusahakan!'
kenapa aku berpendapat seperti itu?banyak cara untuk mendapatkan nilai,,itu keywordnya! mungkin untuk mahasiswa yang ber'idealis kolot' nilai itu harus didapat dengan belajar yang rajin, kuliah selalu berangkat dan rajin serta tanpa usaha kotor untuk mendapatkan nilai itu.
sangat berbeda dengan idealismeku,,nilai itu bakan segalanya dan nilai itu bisa diusahakan.
pernah aku berkata seperti dihadapan orang yang ber'idealisme kolot',,apa respon dia?? "idealisme sesat", katanya!
dan sekali lagi,,nilai bukanlah segalanya dan tanpa mengurangi kewajiban kita berada disini!
ketiga, banyak cara untuk mendapatkan nilai,,halal dan haram! point ketiga ini akan saya hubungkan dengan 'kalkulator'! Sudah menjadi perdebatan dan dilema bagi para mahasiswa dan pengajar mengenai masalah ini. disatu sisi, kalkulator memang dibutuhkan untuk menghitung hitungan yang rumit di sini (ex: analisis dinamika struktur dan teknik gempa, matriks, dll), tapi disisi lain, karena kecanggihan kalkulator itu sendiri, kalkulator tersebut dapat menyimpan data seperti notepad yang disitu ternyata memberi peluang kepada para mahasiswa untuk menyelipkan sedikit jawaban uraian saat ujian.
memang dilema yang sangat rumit dan sangat susah untuk dicari jalan keluarnya. kembali ke diri mahasiswa masing-masing. apakah kalkulator itu dapat dipakai secara bijaksana atau kurang bijaksana...
Sekali lagi, ini hanyalah pendapat saya pribadi. tidak ada maksud untuk memojokkan suatu pihak tertentu, hanya sebuah sharing..
mungkin anda dapat ikut bersuara dalam masalah ini,,silakan comment,,
selamat malam...
kenapa aku berpendapat seperti itu?banyak cara untuk mendapatkan nilai,,itu keywordnya! mungkin untuk mahasiswa yang ber'idealis kolot' nilai itu harus didapat dengan belajar yang rajin, kuliah selalu berangkat dan rajin serta tanpa usaha kotor untuk mendapatkan nilai itu.
sangat berbeda dengan idealismeku,,nilai itu bakan segalanya dan nilai itu bisa diusahakan.
pernah aku berkata seperti dihadapan orang yang ber'idealisme kolot',,apa respon dia?? "idealisme sesat", katanya!
dan sekali lagi,,nilai bukanlah segalanya dan tanpa mengurangi kewajiban kita berada disini!
ketiga, banyak cara untuk mendapatkan nilai,,halal dan haram! point ketiga ini akan saya hubungkan dengan 'kalkulator'! Sudah menjadi perdebatan dan dilema bagi para mahasiswa dan pengajar mengenai masalah ini. disatu sisi, kalkulator memang dibutuhkan untuk menghitung hitungan yang rumit di sini (ex: analisis dinamika struktur dan teknik gempa, matriks, dll), tapi disisi lain, karena kecanggihan kalkulator itu sendiri, kalkulator tersebut dapat menyimpan data seperti notepad yang disitu ternyata memberi peluang kepada para mahasiswa untuk menyelipkan sedikit jawaban uraian saat ujian.
memang dilema yang sangat rumit dan sangat susah untuk dicari jalan keluarnya. kembali ke diri mahasiswa masing-masing. apakah kalkulator itu dapat dipakai secara bijaksana atau kurang bijaksana...
Sekali lagi, ini hanyalah pendapat saya pribadi. tidak ada maksud untuk memojokkan suatu pihak tertentu, hanya sebuah sharing..
mungkin anda dapat ikut bersuara dalam masalah ini,,silakan comment,,
selamat malam...
Daphoow, 05 April 2011 @KMTS
0 comments:
Posting Komentar