Satu-satunya kesalahanku adalah mencintaimu. Kesalahan berlapis yang kusyukuri.
Karena tak pernah ada penyesalan yang mengikuti.
Karena bisa mencintaimu, adalah sebuah keajaiban sempurna yang mengakar lekang dalam barisan hari.
Hari itu —ketika kita bersama mengucapkan janji, tunduk teduh pada keakuan hati, detik ini dan selamanya, nanti.
Absurd tapi absolut.
Begitu mengagumkan kemiripan antara cinta dan kegilaan.
Dua-duanya serba tak terduga.
Rinduku padamu telah membumihanguskan kewarasan, itulah nyatanya.
Seperti nyala lilin yang membakar dirinya hingga luluh lantak pada ketiadaan.
Menjadi awal seperti sedia kala, senyawa dalam dirinya tanpa api yang berpijar sebagai titik pengakhirannya.
_emka
0 comments:
Posting Komentar