...
Perut membuncit saksi kita pernah ada
Tangan kasar saksi kita dirawatnya
Jari yang merapuh saksi kita disentuhnya
Kerutan wajah yang menua saksi kita telah dibesarkanya
Daster lusuh saksi kita diberinya makan
Tak tau waktu untuk tidur saksi kita menangis di gendongnya
Mata sayu saksi doanya untuk kita
Rambut tak beraturan saksi sarapan disediakanya
Sujud terimakasih anakmu haturkan
Untuk kerelaan
Kerelaan untuk tampil sederhana
Untuk sebuah harapan
Harapan yang menjelma sebagai doa
Doa untuk selalu melihat anakmu menggapai asa
Mungkin kau tak meraih
Namun tanganmu menyangga untuk anakmu meraih
Meraih sebuah impian
Impian yang kelak kau ceritakan
Kepada malaikat pencabut nyawa
Hingga akhirnya kau berkata
"Regangkanlah nyawaku"
"Tugasku tlah usai"
"Air mataku tlah kering karena kebahagian"
"Bahagia melihat anakku bahagia"
Terimakasih IBU...
Untuk jalan asa yang kau tutur.
Tangan kasar saksi kita dirawatnya
Jari yang merapuh saksi kita disentuhnya
Kerutan wajah yang menua saksi kita telah dibesarkanya
Daster lusuh saksi kita diberinya makan
Tak tau waktu untuk tidur saksi kita menangis di gendongnya
Mata sayu saksi doanya untuk kita
Rambut tak beraturan saksi sarapan disediakanya
Sujud terimakasih anakmu haturkan
Untuk kerelaan
Kerelaan untuk tampil sederhana
Untuk sebuah harapan
Harapan yang menjelma sebagai doa
Doa untuk selalu melihat anakmu menggapai asa
Mungkin kau tak meraih
Namun tanganmu menyangga untuk anakmu meraih
Meraih sebuah impian
Impian yang kelak kau ceritakan
Kepada malaikat pencabut nyawa
Hingga akhirnya kau berkata
"Regangkanlah nyawaku"
"Tugasku tlah usai"
"Air mataku tlah kering karena kebahagian"
"Bahagia melihat anakku bahagia"
Terimakasih IBU...
Untuk jalan asa yang kau tutur.
Timotius Ferdian Prihatmoko
0 comments:
Posting Komentar