.
Sepertinya aku semakin sulit memahami rindu.
Seketika saja aku bisa mendengar tawa yang pecah seperti hujan,
lalu disaat yang sama, mendengar isakan tangis yang tertahan,
semacam nyanyi hujan di kejauhan.
Andai saja aku bisa menyederhanakan rindu,
sesederhana mereguk secangkir kopi hangat,
dibawah langit yang gerimis sebuah balkon kamar.
Kau tahu sayang?
Kau tahu sayang?
Aku selalu memimpikan untuk pulang.
Pulang menuju rumahku yang sesungguhnya.
Pulang ke tempat dimana hanya ada kita,
dua tungku perapian, dan selimut tebal coklat tua.
Apakah ada surga yang lebih indah daripada itu?
kalaupun ada, aku akan memilih surgaku sendiri,
bersamamu.
Kaulah segala peristiwa,
Kaulah segala peristiwa,
rangkai cerita disepanjang koridor masa,
meninggalkan sejuta kata,
melabuhkan rahasia,
mengekalkan rindu.
Apakah waktu? Apakah luka?
apapun, aku hanya menolak rindu, menyaksikanmu tak ada.
Sungguh,
segalanya akan menjadi seluruh yang utuh, rinduku, Tuhanku.
.
0 comments:
Posting Komentar