0

Seteguk Puisi Untuk Dahagamu, Ibu

...


Perut membuncit saksi kita pernah ada
Tangan kasar saksi kita dirawatnya
Jari yang merapuh saksi kita disentuhnya

Kerutan wajah yang menua saksi kita telah dibesarkanya
Daster lusuh saksi kita diberinya makan
Tak tau waktu untuk tidur saksi kita menangis di gendongnya
Mata sayu saksi doanya untuk kita
Rambut tak beraturan saksi sarapan disediakanya


Sujud terimakasih anakmu haturkan
Untuk kerelaan
Kerelaan untuk tampil sederhana
Untuk sebuah harapan
Harapan yang menjelma sebagai doa
Doa untuk selalu melihat anakmu menggapai asa


Mungkin kau tak meraih
Namun tanganmu menyangga untuk anakmu meraih

Meraih sebuah impian
Impian yang kelak kau ceritakan
Kepada malaikat pencabut nyawa
Hingga akhirnya kau berkata
"Regangkanlah nyawaku"
"Tugasku tlah usai"
"Air mataku tlah kering karena kebahagian"
"Bahagia melihat anakku bahagia"

Terimakasih IBU...
Untuk jalan asa yang kau tutur.



Timotius Ferdian Prihatmoko

semacam pelega.

.


mungkin benar,
kehilangan seseorang yang kita cintai itu menyedihkan.
namun,
kehilangan seseorang yang belum pernah kita miliki,
jauh lebih menyakitkan, saya kira.
seperti kita kehilangan sesuatu yang bahkan kita sendiri
belum pernah menemukannya.

ah, hidup.
sulit sekali ditebak, hampir mustahil.
namun, kita punya Tuhan.
yang dengan 'iya'Nya, laut pun bisa menjadi tawar.
terkadang orang lupa, bahwa kita punya Dia.

...dan sampai dibaris ini, aku sudah tak tahu
apa yang sedang aku tuliskan.
ah, sudahlah!!


.


Back to Top