0

sepotong ingatan tentang kamu


...

Bukan mauku untuk tidak memberimu kepastian,
tapi bersama kamu, tidak lebih dari sekadar cerita karangan.
yang akhirnya belum tentu berbahagia, yang akhirnya hanya meninggalkan luka.

Aku adalah air,
adalah udara, juga angin.
Aku bentuk segala yang kamu perlukan.
Sekaligus kebosanan yang selalu ingin kamu tinggalkan.


Aku belum tentu menemukan lagi yang sepertimu,
atau mungkin… Aku tidak akan mencarinya dan akan selalu menginginkanmu.



_chachathaib 
0

masih tentang kamu


...

Bahwa semuanya masih tentang kamu,
rindu yang enggan pergi,
peluk yang berbalas sepi,
dan senja yang kunikmati sendiri.

Kembalilah, di sini masih ada aku yang butuh kamu.
Masih ada seutuh-utuhnya hati untuk kamu nikmati.
Berbahagiakah kamu di sana tanpa aku?
Yang terbiasa menjadi pasangan dari cangkir putih kopimu.

Bahwa semuanya masih tentang kamu,
jemari manis yang pernah menguatkanku,
kecupan hangat yang pernah melemahkan egoku,
juga tatapan paling mesra yang pernah mempertahankanku.

Kembalilah, di sini masih ada aku yang butuh kamu.
Masih ada segala rasa dan alasan untuk kita jatuh cinta lagi.

ChachaThaib
0

Sepi Takkan Pernah Bisa Sederhana

       ...

       Konon, sepi itu membunuh, menghimpit paru-parumu terlalu kencang, sampai kau lupa bagaimana caranya bernafas. Ujung dadamu selalu terasa kian sesaknya, hingga terkadang kau tak sadari, matamu sudah berkabut, yang pada akhirnya berlumuran air mata. Sungguh, sepi tak pernah bisa terasa sederhana, kerap kali membuatmu meradang, dan selalu saja mempecundangimu, dengan cara seperti itu.

       Sulit memang jika Tuhan sudah punya keinginan, Dia tak pernah bisa bersabar. Dan sukar bagimu untuk menang, saat kau berurusan dengan takdir, karena takdir sama sekali tak bisa menunggu. Kau hanya bisa duduk manis menerimanya, dipaksa merasakannya, dan kau sangat sadar, kalau kau tak mampu mengubah apapun didalamnya. Takdir hanya bisa memberimu pesan, bahwa dunia bukanlah tempat, dimana semua keinginan bisa terwujud.

       Inilah Tuhan, sang maha pengasih, lagi maha penyayang, tapi disatu sisi, Dia terbukti maha kuat. Saking kuatnya, hanya dalam hitungan detik, dia bisa membuatmu tersungkur, jatuh kedalam jurang kepedihan, mencabik sedikit demi sedikit dinding-dinding jiwamu, yang semakin lama semakin terlihat ringkih.

       Melanjutkan hidup, tentu saja, karena memang hidup pasti akan berlanjut dengan sendirinya. Hanya saja, hidup ini tak cukup hanya sekedar untuk dilanjutkan, tapi juga patut dirayakan. Dan kepergianmu, membuat segalanya menjadi sulit, dan kerap kali membuatku bertanya, bagaimana caranya merayakan hidup, saat kau berada dititik ini, titik dimana Tuhan telah membuat kita bermandi jarak, berpeluh sepi, dan terus terbenam dalam kekosongan.

       Kaulah rindu itu, sesaat dalam pelukan, lalu kini melepas pergi, sementara aku masih ingin sekali menari. Sialnya, hidup harus terus berjalan, bergerak dan terus melaju dengan congkaknya. Dan kini, akupun terpaksa harus sekarat dihadapan kenyataan.


_Muhadkly Acho
0

sesekali.


...


Aku mengingat engkau sesekali, mengingatmu seperti alun
rumput menari mengantar luka pergi ke tempat yang jauh.

Aku mengingat engkau sesekali, mengingatmu seperti sepi
langit malam dan jalan yang basah oleh kenangan.


Bernard Batubara
0

aku ingin bicara kepadamu


...

 bagaimanakah suara hujan di tempatmu?

aku ingin mendengar suara hujan di sana
sebab suara hujan di rumahku tak lembut

begitu gaduh dan berisik

aku rindu menyambangi becek jalan tanah
sepanjang perjalanan menuju rumahmu itu

sepanjang helai rambutmu yang berhasil
kubelai

bagaimanakah bunyi tertawa milikmu?

apakah masih sama seperti dahulu?

aku hampir lupa seperti apa rasanya
saat jemarimu tak sengaja
menyentuh jemariku

aku hampir lupa
seperti apa
rasa hangat itu

bagaimanakah suara hujan di tempatmu?

aku ingin ke sana pergi ke tempatmu
menemui apa yang sempat kita buat

dan terpaksa kutinggalkan

demi waktu
dan sebuah kenangan

aku ingin berbicara dalam riuh hujan
bulan desember, berbicara kepadamu

bahwa cinta ada dalam ruang dadaku
dan telah kehilangan nafas karena

dirimu.


Bernard, dalam bukunya 'Kata Hati'
0

namun, tak sesederhana itu.


...

tak mungkin ku mencintaimu dengan sederhana. terlalu banyak
misteri tersimpan dalam setetes embun pagi

kau lihat?

tak mungkin ku mencintaimu dengan sederhana. angin tak
pernah bersepakat untuk membawa suaramu ke sini

kau tahu?

tak mungkin ku mencintaimu dengan sederhana. terlalu dalam
rahasia tersimpan di dasar ingatan. ingatanku

ingatanmu

tak mungkin ku mencintaimu dengan sederhana. rindu itu
rumit. serumit rekata menggambar wajah masa lalu

tentangmu. tentang aku

tak mungkin ku mencintaimu dengan sederhana. tidak
sesederhana caramu mencintainya

cintamu. luka itu.


benzbara, dalam bisikanbusuk.blogspot.com
0

sesederhana, kita.

...

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti embun hinggap
di tepian daun dan tanah yang sabar menyambutnya jatuh

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti mata yang berkedip
menyambut pagi, dan daun jendela yang mengintip matahari

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti gerimis
pada jendela dan uap nafasmu menulis nama: 'kita'

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti waktu
yang tak pernah berhenti dan senyummu yang mengabadikannya

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti sebuah peluk
yang sebentar dan satu kecup yang perlahan saja

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti kata
'rindu' yang kuucap dan kau membalasnya dengan 'aku juga'

tapi aku ingin melupakanmu

aku ingin melupakanmu dengan sederhana. sesederhana airmata
yang mengalir. sesederhana genggam tangan yang terlepas

tapi aku ingin mencintaimu.


benzbara, dalam bisikanbusuk.blogspot.com
0

..dan aku!

...

 aku ingin melupakanmu,
sesederhana daun jatuh yg tak pernah menyalahkan angin;

dan,
aku ingin mencintainya,
sesederhana hujan yang memilih jatuh untuk menghapuskan kecemasan langit;
itu saja.


acakadut
3

untukmu, yang kuinginkan.

...

Hai, Kamu.
Sedang apa di sana?
Aku di sini tengah mengingatmu. Mengingat tawa dan belaian halus tanganmu yang sering mendarat di dahi dan pipiku.
Ada yang harus aku ceritakan hari ini, mengenai isi hati.
Mungkin kamu sudah tahu, aku hanya ingin mengenangnya dalam tulisan, sekadar berjaga-jaga jika kamu mulai lupa nanti. Saat ingatanmu termakan usia dan separuh aku hilang bersamanya.
Aku ingin bercerita, seluruhku berbahagia saat kita sedang duduk berdua, saat sedang membunuh waktu dengan percakapan selintas, saat sedang saling menatap dalam dan menyembunyikan cinta.
Aku ingin kamu tahu, bahwa saat aku menulis ini, tidak ada yang lebih penting dari menyaksikan senyummu karena aku, tawamu karena ceritaku yang sebenarnya tidak lucu, tanganmu yang menggenggamku, juga peluk yang ingin kujadikan rumah terakhirku.

Hai, Kamu.
Bagaimana hari-hari tanpa aku?
Aku di sini kadang lelah, kedinginan basah dihujani rindu.
Rindu kecupan kecil di dahiku sebelum kita berpisah pergi, rindu tatapan yang mewakilkan perasaan, rindu akan pelukan yang selalu menjadi relaksasiku paling nyaman.
Kamu harus tahu, aku selalu suka ketika kamu menuliskan tentang senja, yang walaupun bukan tentang kita. Aku suka membacanya, sebab di sana aku menemukan kamu yang penuh cinta. Kamu suka senja dan aku suka kamu karena menuliskannya.

Bagaimanapun,
Aku sering berpikir bahwa sejauh dan sedalam apapun kita jatuh cinta, lebih banyak lagi hal-hal yang menjadikan kita tidak bisa bersama seutuhnya.
Kita bukanlah kita yang kamu dan aku menjadi satu, kita adalah kita dalam rangkaian ceritaku. Jangan kira aku tidak ingin memilikimu sepenuhnya, tapi aku terlalu takut untuk menjadikan diriku satu – satunya. Karena aku tahu, kamu belum ingin memenangkan aku.
Kadang terpikir akan seperti apa rasanya dicintaimu utuh, tanpa tapi, tanpa jeda, tanpa mengeluh.
Bahagia sekali, mungkin.
Tapi Tuhan juga belum mengizinkannya, mungkin.

Bersabarlah, hatiku. Sesabar karang yang tak henti diterjang ombaknya, seperti pasir tanpa ampun dibakar teriknya.

Terima kasih untuk rasa dan waktumu,
Aku belum tentu menemukan lagi yang sepertimu,
atau mungkin...

Aku tidak akan mencarinya dan akan selalu menginginkanmu.


chachathaib.
0

seperti kita.

...

Sebab tidak semua yang belum dimulai tak bisa berakhir,
seperti kita; yang nantinya akan menyerah pada takdir.


dari sebuah akun, @chachathaib
0

tentang sebuah kehilangan

...
 
 
"Ini tentang kisah kehilangan,
ketika kau mendapati separuh hatimu kosong dan merapuh
Atas nama ketidakpercayaan,
kita telah saling mengucapkan selamat tinggal.

Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti kata hati.
Begitu seharusnya, bukan?

Dan, hati ini membawaku kembali kepadamu.
Tapi, kau tak lagi berada di tempat kita dahulu.
Apakah kau telah menemukan separuh hati lain-- selain hatiku?"
 
 
dalam sebuah buku, Kata Hati.
0

ada yang tenggelam.

...


ada yang mengapung di dalam matamu sesuatu seperti luka. tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatku sadar bahwa rindu kita telah tercemar. mungkin kau menyimpan semuanya rapat-rapat hanya untuk menunggu waktu yang benar mengirimiku kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

ada yang mengambang di sudut bibirmu sesuatu seperti luka. tapi gelombangnya terlalu tenang untuk membangunkanku dan dingin napasmu ternyata enggan menyelamatkan sepi yang kau tanam di seluruh mimpi. mungkin waktu terlalu naif dan jarak selalu lupa merekam rasa sesak yang kita nikmati berdua.

ada yang tenggelam di dasar kenangan. sesuatu seperti kau.



bisikanbusuk.blogspot.com
0

dijarimu...

...


di permukaan mataku kau menuliskan luka, lalu memaksa bibirku yang sedang kau lumat dengan ucapan perpisahan membacanya kata demi kata. kita begitu fasih menghancurkan pilihan dan tak pernah tahu bagaimana cara mengembalikan.


sementara airmata sibuk mencari jalan pulang, takdir melingkar tenang di jarimu serupa kegagalan yang memaksa untuk diingat. aku tak mampu menulis di tanganmu sebab sebuah genggam tak cukup menahan puluhan rencana kepergian. kita begitu hapal cara saling menemukan tapi tak pernah paham bagaimana cara bertahan.

di dadamu ada tulisan yang tak pernah selesai. tentang rindu yang lumpuh di tengah jalan dan cinta yang mekar di tempat lain. jauh dari yang tak akan kembali. jauh dari yang tak pernah terjadi.


bisikanbusuk.blogspot.com
0

ini senjaku, Drina

...


begini senjaku, Drina. saat luka tak lagi mengenal waktu dan penantian terasa abadi, sementara merah bukan lagi darah tapi sepi yang enggan pergi, mungkin di sebuah dermaga kau akan menyaksikan satu-dua kapal antah berantah mengangkut pulang kenangan entah milik siapa, milik aku yang telah lama tenggelam di dasar diammu, atau milikmu yang telah terbang bersama serak suaraku

mengucapkan perpisahan yang kita tau sama-sama berat
mengucapkannya lirih dalam satu pelukan
yang tak bisa lebih erat

begini senjaku, Drina. mungkin di dermaga itu kau tak akan bertemu aku, hanya menghitung detik demi detik dengan lancang berkejaran dan mengharapkannya mati atau beku. tapi ada beberapa pertemuan yang tak boleh terjadi karena luka setelahnya akan membuat sepi di bibir kita saling mengucap benci.

biarlah hening yang kau dan aku simpan berlayar dalam kapal yang berbeda
biarlah cahaya yang jingga menyala di matamu pergi, Drina
itu bukan senja kita.



bisikanbusuk.blogspot.com



0

aku mungkin lupa

...


aku mungkin sudah lupa,
bagaimana rasanya tertawa bahagia saat kita berdua

aku mungkin sudah lupa,
bagaimana rasanya menangis ketika jarak yang akhirnya berbicara

aku mungkin sudah lupa,
bagaimana rasanya rindu yang tertahan dalam jemu kita

aku mungkin sudah lupa,
bagaimana rasanya indah saat akhirnya kita bisa bertemu bahagia

aku mungkin sudah lupa,
bagaimana rasa nyaman itu ketika suaramu kembali ada

aku mungkin sudah lupa,
dingin malam itu ketika aku harus menjemputmu saat gelisah berkuasa

aku mungkin sudah lupa,
lebat dingin hujan malam itu yang kita habiskan saat berdua

aku mungkin sudah lupa,
hangat harum nafasmu ketika aku dalam ketakutan yang luar biasa

aku mungkin sudah lupa,
nyaman suaramu ketika amarahku  yang tak mereda

aku mungkin sudah lupa,
berapa banyak malam yang kita habiskan hanya untuk tertawa bersama,
berapa banyak detik yang kita habiskan untuk sebuah album cerita,
berapa banyak kenangan yang kita tulis berdua,

aku mungkin sudah lupa,
tentang kita berdua,
 tentang itu semua,
tentang kita,

tapi satu hal yang tak mungkin dapat ku lupa,
bagaimana caramu mengakhiri cerita kita,
dengan menghadirkan dia;
iya, dia.


kenapa ada, dia??
0

tentang cinta yang selamanya.


...

Buatkan aku satu saja kata sederhana,
tentang seribu mimpi, kasih, kerinduan, kesetiaan, dan cinta yang tak pernah mati; Ibu.
 
Tak ada bekas air mata di sana. Bagaimana bisa, Tuhan?
 
Ada anak kecil di sana  merengek ingin punya cinta, entah kenapa.
"Yang hangatnya seperti pelukmu, belikan aku satu, Ibu."
Pintanya.


Ibu hanya senyum.


Ada anak kecil di sana tersipu karena diberi cinta, entah dari siapa.
"Hangatnya melebihi pelukmu, nyaman sekali ya, Ibu."
Ceritanya.

Ibu hanya senyum.


Ada anak kecil di sana menangis dicurangi cinta, entah oleh siapa.
"Aku memeluknya melebihi memelukmu, namun hangatku dibuangnya, Ibu."
Adunya.

Ibu hanya senyum.

Ada anak kecil di sana terdiam dipeluk cinta, yang ini, aku tahu siapa.
"Hampir aku lupa, pelukmu hangat sekali, Ibu."
Ucapnya.

Ibu masih tersenyum sambil berkata,
"Tidurlah, Sayang. Jangan khawatir, aku masih mencintaimu esok."





Kiky Anharizal
0

...is about yourself.

...

At the end of the day, 

your life is all about yourself.

...

_igaMasardi

0

Qodo dan Qodar

...

tidak sengaja tadi waktu buka halaman facebook, ada sebuah status dari seorang teman yang cukup akrab denganku, begini bunyinya "Dan Surga juga Neraka telah ditentukan Allah di Lauhul Mahfud, Qodo dan Qodar.. Umuke pak Ustadz kemarin.. Ikhlas saja menjalani. moso?? :'( apa iya?!!" ,, sengaja aku copy paste statusnya.
cuma sekedar berbagi, bukan bermaksud menggurui, atau hal semacam itu,, iya, cuma sekedar berbagi atau share ilmu yang pernah aku dapat dari suatu pembicaraan bersama seseorang, dengan tema yang persis sama, yaitu Qodo dan Qodar.
Pembicaraan itu bermula dari suatu obrolan tak sengaja dan tiba-tiba terlintas, 'buat apa kita hidup jika surga dan neraka telah ditentukan bagi kita? apa itu adil untuk kita jika bahkan sebelum lahirpun nasib kita pun telah ditentukan, bahkan lebih jauh lagi, kita belum lahir pun, masih di dalam kandungan, nasib kita telah tertulis di Lauhul Mahfudz kita akan masuk surga atau neraka??"
begini penjelasan beliau, sedikit namun sangat mengena.
Kita mungkin lupa satu sifat Allah yang sangat luar biasa, Allah itu Maha Tahu, Dia yang menciptakan kita, menciptakan alam semesta, bahkan mensetting sel-sel terkecil dari tubuh kita terus bekerja di bawah alam tak sadar kita. Bukan Allah mematok seseorang bahwa misal si A masuk surga, si B masuk neraka, sama sekali bukan, namun karena 'ke-MahaTahu-an'Nyalah, Dia pasti tahu apa yang bakal terjadi, segala hal di masa depan kita, baik itu hal baik maupun hal yang kurang baik.
Dia Maha Tahu. Mungkin gampangannya, dapat dianalogikan juga seperti ini, Allah tahu kualitas orang tua kita, ayah kita, dan ibu kita, ketika kualitas gen ayah kita bertemu gen ibu kita, gabungan kedua gen tersebut jadilah kita, Allah tahu kualitas antara perpaduan dua gen ayah ibu kita, dan dengan kualitas gen yg kita miliki, Allah Maha Tahu sifat-sifat yang kita miliki berdasarkan gen tersebut, apakah cenderung baik atau buruk, nah itu mempengaruhi kualitas kehidupan yang kita jalani, lebih jauh lagi kualitas ibadah, amal perbuatan, dan dosa yang kita lakukan dapat 'terprediksi' dengan kualitas yang kita miliki.
Jika hal tersebut masih susah dicerna, analogi lebih kasar dan gampang lagi begini, seorang ahli kimia pasti sangat tahu ketika suatu zat kimia A dicampur dengan zat kimia B, akan menghasilkan zat C yang pasti dapat diprediksi sifat dan perilaku yang dimiliki zat C.
Iya, kurang lebih begitu penjelasan, dan inti dari semua hal tersebut, Dia lah Allah, Sang Maha Tahu. dan ingat, takdir kita masih dapat diubah, yaitu dengan doa dan usaha, serta perbuatan baik. Jadi tetaplah istiqomah.
ya itu sedikit hasil pembahasan saya dengan seseorang dan semoga bermanfaat,,
kebenaran hanya milik Allah, wallahu'alam....
Back to Top