0

kamu, lagi!

...

Semua yang telah kita jalani bukan buang-buang waktu, 
apalagi sia-sia.
Setiap detiknya berharga dan bermakna.
Melekang indah pada sejarah semesta.

Sekarang aku percaya.
Kita tidak mencinatai karena kepercayaan,
tapi kita percaya karena kita mencintai.

...dan dalam hujan itu kutemukan 
tawa dan tangis mengeja bahagia bersamamu, 
satu demi satu!!

...dan entah sebagai awal atau akhir, 
aku tetap menginginkanmu sebagai tokoh utama 
dalam setiap inci cerita bahagia dan sedihku!!

Kadang, cinta tak perlu bicara.
Dalam diam pun cinta mampu berkata-kata.
tentang aku,
tentang kamu,
tentang hujan,
dan tentang kita!!

_emka
0

masih ingat?


...
masih ingatkah tentang mereka yang hidup di kolong jembatan?
masih ingatkah tentang mereka yang tak sempat bercanda dengan orang tuanya?
masih ingatkah tentang kaisan recehan yang mereka dapatkan di terik siang?
masih ingatkah tentang mereka yang terbaring lemah tak berdaya?
masih ingatkah tentang mereka yang hanya bisa memandang pilu kemewahan dunia?
masih ingatkah tentang mereka yang tak bisa lagi tertawa karena teringat 'besok makan apa'?
masih ingat??
masih pantaskah tentang semua keluhan kita?
'nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?'

.
0

iya, kamu!


...

Sebab tidak semua yang belum dimulai tak bisa berakhir,
seperti kita; yang nantinya akan menyerah pada takdir.


_cha 
0

Canda Pendusta


...

Diantara sisa rokok dalam asbak usang, ada rindu yang memilih tak ingin usai. Begitu juga tentang kamu, anak mimpi di kuncup bibirmu adalah satu hal yang tak kuasa dipahami sepi dalam puisi.

Sesungguhnya ketiadaan adalah keadaan yang tak Tuhan iyakan. Walau terlanjur candu pada luka yang menjalar, serupa merindukanmu tanpa penawar.

Pada nyatanya, manusia tidak butuh sesiapapun pendusta bahagia.

Seuntaian kalimat suka cita memilih mati, ketika senyummu terbawa pergi sisi rencana, cerita setiap pagi. Mati perlahan, tiap langkah kita terlantukan, sedang rindu sengaja kau tinggalkan.. dan kita satu sama lain kau tunggalkan.

Rindu? rindu sering menjadi budak yang di-nina-bobo-kan mimpinya sendiri.

Seketika, pernah kita sama-sama saling meneduh tenang pada peluk yang kita ciptakan, jauh sebelum kita saling menuduh dan saling menyalahkan.

Terimakasih. Kepergianmu mengenalkanku pada dunia baru, senja tanpa waktu, raja tanpa ratu.

Kita kalah telak oleh waktu, dan kelak kepalaku akan ditumbuhi putih merindumu.

_Gonia
0

kepada waktu, yang mengajariku menunggu.


...

Aku selalu kagum, kepada setiap ketukan detik, yang merangkak pelan-pelan pada jam dinding bundar itu.
Selalu saja penuh rahasia, menyelundup diam-diam, namun tak pernah lupa menanam benih-benih cerita.
Kau, aku, adalah jiwa-jiwa yang menari, berpijak dari satu titik ke titik lainnya, menebar tawa, meluruhkan air mata, melahirkan sebuah peristiwa.
Kepada celah sunyi, malam melantunkan jiwanya,
disela nyanyian-nyanyian angin yang sekilas melintas, menggoyangkan ranting-ranting kurus diujung jalan.
Malam sudah semakin membungkuk, mungkin terlalu takut bertemu pagi.
Rembulan sudah mati, hilang pendarnya ditepi subuh, hanya hening, selebihnya cuma rindu.


_Acho
0

Bob Marley's


...

you say you love rain,
but you use an umbrella to walk under it.

you say you love sun,
but you seek shade when it is shining.

you say love wind,
but when it comes you close your window.

so that's why i'm scared,
when you say you love me.


_Bob Marley
Back to Top