0

#keakuanku

...

Kemarin getar itu tampak begitu nyata. terpendar begitu saja dari cangkang keakuan yang merama-rama di tepian senja. Hari ini, getar itu menggamit ragu. Tak terhunus karena diammu menengahi segala ruang.

Tapi sungguh, getar itu tak pernah hilang. Damba itu juga masih setia bersemayam dalam adaku.

Jika ini memang cinta, aku hanya tahu bagaimana cara mengungkapkannya dalam ketelanjangan apa adanya; dengan segenap raga, hati, dan jiwaku yang mengulum kepasrahan tanpa syarat.

Masihkah ragu menutup mata hatimu? Mestinya kamu tahu...awal yang kita jejak, semua mungkin terasa hanya menjadi sekelebat mimpi saja. Tapi kita tak pernah tahu, kalau rasa itu tiba-tiba sudah ada di depan mata. Dan tahu-tahu...semua berubah menjadi begitu nyata; #dearyou.

... 
0

#sepi

...

sapaku mulai tertatih mencari jejakmu
tak kudengar lembut bisikmu mengusik sepiku
berbisiklah meski hanya berdesir bersama angin
tak apa.  aku hanya ingin mendengar suaramu detik ini
itu saja!
karena ternyata, sepiku tak usai
menyergap sadarku dari puing keterasingan

rinduku pun tak usai
merapal namamu dari jerit ketakutan
cintaku pun tak juga usai
memasung hatiku hanya untuk satu namamu
apakah ini nyata atau semu?
apakah ini janji atau semata ilusi?
hanya kalam batinmu yang mampu mengurai
aku hanya mampu mengibarkan bendera tanda
selebihnya, biarlah dirimu yang mengulur benang talinya
itu saja.


_emka
2

#apaadanya

...

aku tak pernah berpikir mencintaimu, walau cuma sekejap
tapi yang terjadi tak ubahnya alur nasib yang terbalik
aku mencintaimu sejak kali pertama
saat lembut sapamu terucap dan mata lugumu menggugat
tanpa kusadari lajunya, satu tahun sudah aku menunggumu
mengurungku dengan cinta satu-satunya
kubela tanpa harus aku bertanya-tanya
bukankah cinta memang tak pernah butuh alasan, meski cuma satu huruf?!
sepertinya, iya...!

inilah saatnya kuluruhkan keakuanku?!
mendakwa satu rindu untukmu
menepikan setiap inci logika menjadi cinta
yang seiya berdamai dengan palung jiwa
sepertinya, aku harus melakukannya!
bukan semata rindu yang mengerontangkan bejana asa
tapi lebih karena tulus yang menasbihkannya
apa adanya, begitu saja!

...
0

#luka

...

aku patah
saat kusadarkau tlah beranjak pergi dari tepiku
membiarkanku termangu diam tertusuk kecewa
kau sudahi cerita rindu
dengan bahagia yang bukan untukku

apakah kau tahu
kini hanya ada lara yang tertinggal
satu demi satu membunuh setiaku
bersama sepi menyulutkan benci
bertahta dalam palung hati

kini semua telah usai
kau buat kumerasakan damba semu
apa yang kuyakini cinta
tak berarti apabagimu
dan hatimu tak pernah kau sisakan,
untuk diriku

aku pergi karena mencintamu...


...
0

#semestamu

...


Satu-satunya kesalahanku adalah mencintaimu. Kesalahan berlapis yang kusyukuri.

Karena tak pernah ada penyesalan yang mengikuti.
Karena bisa mencintaimu, adalah sebuah keajaiban sempurna yang mengakar lekang dalam barisan hari. 
Hari itu —ketika kita bersama mengucapkan janji, tunduk teduh pada keakuan hati, detik ini dan selamanya, nanti.
Absurd tapi absolut.
Begitu mengagumkan kemiripan antara cinta dan kegilaan.
Dua-duanya serba tak terduga.
Rinduku padamu telah membumihanguskan kewarasan, itulah nyatanya.
Seperti nyala lilin yang membakar dirinya hingga luluh lantak pada ketiadaan.
Menjadi awal seperti sedia kala, senyawa dalam dirinya tanpa api yang berpijar sebagai titik pengakhirannya.


_emka
0

#ruang

...


Di ruang tanpa kata, rindu itu tersandera. Menjadi tahanan di taman kota yang tak lelah memproklamirkan janji-janji penyatuan. Riuh menggelitik getar yang lama tersimpan di tebing ketakutan.

Di ruang tanpa kata, rindu itu tunduk teduh pada keakuan perasaan. Setia berkelok pada muara hati yang bernaung atas nama cinta. Tanpa syarat,  merelakan diri berkubang tawa-merekah dan peluh-gelisah yang silih berganti memamah bahagia juga luka.

Di ruang tanpa kata, kesetiaan itu tetap terjaga. Menunggu datangnya masa saat perjamuan mencetak nyata. Dua wajah bertemu, saling tatap dari kedalamannya dan menghidangkan cinta sebagai menu utama yang merunut pada mata hati, senyatanya.


_emka
0

#sematamu

...


Rindu. Satu satunya kemewahan yang kumiliki. Ada padamu, titik! Selalu ingin kuberi dan tak ingin kuingkari.

Pada larik-lariknya, aku bisa berkaca tentang dambaku yang merajuk senyap, dan memendarkan getar pesakitan. Setia tergopoh berlari ke arahmu, kapan pun itu.

Adalah semata dirimu yang membuat diriku merasa luar biasa.

Adalah rekah-tawa dan lebam-tangis yang membuat kebersamaan kita selama ini menjadi berharga dan bermakna.

Adalah dirimu, semata sebab yang menghadirkan bahagiaku berlinang air mata.


_emka
0

#kuasaku

...


Apa yang kurindukan saat ini? Menangis di sudut bibirmu.

Lalu, membiarkan diriku meratapi kebahagiaan yang menjamu barisan hari, saat atau tidak bersamamu.
Hari itu, detik ini, dan — mungkin, nanti.

Sejauh melangkah, tak surut membabi buta jejakku menilas ranah penyatuan perasaan dari keterpisahan — jarak juga kenyataan.

Memerdekakan diri sejenak, lalu bertekuk lutut pada hatimu — lagi, satu-satunya.

Hanya itu, kuasaku sepertinya.


_emka

#mu

...

Mengurai kata-kata menjadi cerita. Tentangnya yang masih saja menggoda pikiranku untuk bicara cinta.

“Aku yang membuatmu terluka tapi kenapa justru perih yang berbalik tajam melukakan lukaku.”
“Tak mungkin hilang, jejak yang tercetak dalam kebersamaan. Tak peduli penyatuan masih menyisakan tanya pada detak kmudian. Tetap saja — lekang!”
Pilihan tetaplah sebuah pilihan. Jalani dengan semestinya, tanpa rekayasa “Demimu aku mampu. Jadikanmu yang terindah, meski penyatuan belum terjamah.”
“Ditempias ragu untuk tetap setia membingkai semua —tentangmu. Tak peduli, jeratan waktu menyudutkanku di batas damba semu. Mungkinkah?!”
“Tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi. Datang lagi, pergi lagi. Dan datang lagi berkali-kali —tiba-tiba.” #tentangmu
“Karena aku bersalah, aku tak berhak mengharapkan apa-apa. Hanya satu damba jika itu kamu ijinkan : selain baikmu, aku tak inginkan apa-apa.”
“Maafkan, aku harus jujur. Terbaik dan terindah ada padamu, meski penyatuan masih menunggu abjad Sang Waktu.”
“Kau buatku meratapi, betapa berharga dan berartinya —dirimu, satu-satunya. Pasti.”
“Sia-sia! Makin kutepikan jejakmu, makin kujerat adamu. Nyata seutuhnya.”
“Kehilangan itu…telah menampar egoku —dengan telak. Dan kutersadar : betapa berartinya kebersamaan.”
“Sepi di tengah keramain?” “Iya. Biarkan saja, setidaknya, aku tak sendirian.”
“Cinta itu bukan soal gagal atau tidaknya. Cinta tetaplah indah apapun hasilnya. Apa yang seharusnya kita lakukan adalah mencari kesempurnaannya.”

Hidup itu — ternyata, bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.”



_emka
0

#Lirih.ini

...


Terbaik yang kutemui. Terindah yang kudapati. Terdalam yang kurasakan. Terperi yang kuselami. Ada padamu semua yang kuingkari —tapi kurindui, kucintai dan kunanti.

Untuk kesekian kali, atau bahkan beribu kali Selalu ada rasa enggan Ketika harus kunyatakan : Aku tidak lagi mencintaimu Entah apa yang kubela Cinta kita yang telah pudar ?! Duka dan luka Membawaku serta —-pedih.


Dan… ada lirih seketika yang menampar ketermanguan. Kosong kudekap, di pagiku yang sunyi —tanpanya; dalam  dekat, dalam jarak. Kutelan pedih yang mengiring sendiriku ditempias getar yang tak bergemuruh meski membentur bibir ombak. Aku pasrah dan semoga aku belum kalah.



_emka
0

#masuklah

...

Kepada kamu, rindu itu.
Mungkinkah kembali sementara getarku berdiri dan menepi di tebing ketakutan?
Dan…
Aku tetap ingin bungkam. Mengingatmu hanya dalam diam.
Biarkan  dalam mimpi saja aku berpeluh mengejar bayangmu yang mulai hilang.
Anggap saja aku angin. Biarkan menderu kencang, lalu berlalu.
Hilang.

Jika tidak…
Masuklah dalam badai.  Setidaknya kita bisa bersama
—meski segalanya serba tak pasti.
Bergelombang dalam pusaran cinta
—tak bertuan.




_emka
0

#itulah.cinta

...

—Begitu sederhana, kita memulakan
Perjumpaan sesaat yang menyekat tatap, menggelitik getarku seketika. Menghadirkan bilur senyum yang menyepuh pagi dan malamku. Tanpa ragu, kucetak prasasti cinta di atas keakuan perasaanku. Begitupun dirimu.

—Begitu bermakna, kita jalani kebersamaan
Selain bahagia, apalagi yang bisa kureka-reka saat bersamamu. Selebihnya adalah damba untuk segera bisa mengukir janji suci dalam doa-doa yang ditasbihkan. Menjadi dua manusia yang hidup dengan dan atas nama cinta saja, lain tidak. Membela cinta tanpa harus bertanya-tanya.

—Begitu lelah, kita mencari arti
Betapa susah memahami maunya hati. Betapa sulit mengerti cinta yang menancapkan napas kegelisahan di setiap jejak yang kita pijak. Kau hidup dalam adamu, begitu pun aku. Titik temu dua hati yang kita iba-iba dengan peluh dan doa, tak jua bersambut nyata. Tawa, tangis dan amarah mencetak warna-warni nyata  dalam barisan cinta yang kita coba endapkan, tanpa lelah. Tanpa kita sadari lajunya, tahu-tahu lelah itu tiba-tiba menciumi tapal batas pencapaiannya.

—Begitulah cinta, beginilah kita
Cinta memang tak pernah salah. Cinta yang semestinya menuntun kita menjadi tiang dan jembatan  yang saling seia tanpa syarat, ternyata belum juga mengewantah utuh, lebur dalam diri kita.  Selain bersandar pada apa yang kita yakini sebagai cinta, selebihnya kita hanya bisa jalani dan berpasrah dalam doa. Berharap cinta dan penyatuan setia berjalan beriringan di akhir cerita. Tapi jika tidak? Mungkin, semestinya biarkan cinta dan perpisahan bergandengan dengan rahasianya.


_emka
0

#rindu

...

Kau tahu apa yang aku cium sekarang? Kerinduan. Rindu yang terjaga rapih dalam bejana keakuan —perasaan, dan setia merunut jalan menuju rumah hatimu.

Kau tahu apa yang aku inginkan sekarang? Menunggu hadirmu. Mencari muara waktu bersenggama di sepotong senja dan meninabobokan kegelisahan. Lalu, mata kita beradu  dalam kepolosan.

Menunggumu, selalu membuat jantungku berdegub kencang. Seperti menabuh genderang. Hingar suaranya kudengar,  dan bisa kuhirup napasmu dalam kejauhan. Menunggumu…berjalan mendekat ke pangkuan.


_emka
0

#kamu

 ...

Diam dibelit semesta maya. Terbang rendah diantara nalar dan jiwa yang tak kompromi. 
Mencintaimu tanpa aku bertanya lagi.

Cintaku bersembunyi pada arakan risau. Meniti tak pasti di jembatan hatimu.

               Lebih karena mencintaimu adalah karunia, 
               aku menanggalkan seribu alasan
               mengapa memilihmu —saat ini atau nanti.

Penantianku bertekuk pada lipatan sunyi yang mencekik. Kuisap gerah yang telantarkan galau. Masihkah tanda cintamu untukku? Semoga, nyata.


 
Diam diam aku merindukan jarak. Di silang perjalanannya, pentahbisan cintaku menemui batu ujiannya. Kukuh erat mendekapmu dalam kepatuhan dan penyatuan janji atau berseteru dengan nalar dan hati.

“Lalu dimana janji penyatuan itu?”

Aku menyimpannya di cetak biru kenangan.

“Kapan kau tepati janjimu?”

Ketika tak ada alasan yang kutemukan selain dirimu.



Rindumu menderas hujan. Dan aku telah meminumnya. Tapi aku tetap kehausan.

Maka dari bibirku, reguklah air rindu sepuasnya,
bahkan mengering kerontang hingga kita tak perlu kenal lagi apa itu bosan
.
        “…hingga kita tak kenal lagi apa itu kehausan. 
        Karena rindu mengairi bibir kita, dalam jarak sekalipun.”



_emka

0

#biarlah

...


biarlah rasa ini mengalir apa adanya
biarlah rasa ini mengagum berirama
tanpa paksaan
tanpa kamu

seperti ikan yang dilaut yang tak pernah menjadi asin
seperti ikan hidup di sungai bergerak tanpa mengikuti alur alirnya

seperti aku yang terus memintal benang ini tanpa tahu 
siapa kelak yang akan kujahitkan pakainnya dengan benang ini
seperti aku yang terus mengerjakan istana ini tanpa tahu
siapa kelak yang akan menghabiskan harinya di dalamnya bersamaku

terasa kosong
terasa hampa

....
0

#sherly

...

aku tidak pernah berharap untuk

menjadi orang yang

terpenting dalam hidupmu,

karena itu merupakan

permintaan yang terlalu besar

bagiku…



aku hanya berharap suatu

saat nanti jika kau

melihatku…


kau akan tersenyum dan berkata….

“...dialah orang yang selalu menyayangiku…”


untukmu,
Sherly Luthfi Anita


... 



regards,




Muhammad Khadafi
0

#dearyou


...

kau tak semestinya terpuruk!

Tak usahlah kau bersedih lagi. Tak usahlah kau berduka kembali. Tak usahlah kau meratapi garis hidupmu ini.  Percayalah, pada Tuhanmu. Pada kata hatimu. Pada semua yang terjadi. Semua demi kebaikanmu. Percayalah. Jangan kau pernah menyerah pada keadaan. Hidup ini terlalu singkat untuk kau habiskan bersama orang yang salah. Banyak orang diluar sana yang sangat mempedulikanmu. Jangan! Jangan sampai matamu buta akan orang-orang yang peduli kepadamu. Jangan sampai telingamu tuli akan nasehat-nasehat agar kau menjadi lebih baik. Hanya karena dia. Dia yang sangat mencintai melihat air matamu. Dia yang tertawa gembira melihat relung sedih di wajah indahmu. Dia yang selalu memperbudakmu atas segala moral tak pantas itu.

Tuhan akan selalu bersamamu, nDa. Percayalah. Ingatlah, Dia yang Maha Penyayang. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu walaupun kau sangat sering menyakiti.Nya.

Sudah saatnya kau bangun kembali. Merangkai mimpi-mimpi yang pernah kau idamkan. Masa depanmu masih sangat panjang. Sekali lagi, jangan sampai masa depanmu hancur karena orang tak berbudi itu. Masih banyak orang yang peduli denganmu. Masih banyak orang yang akan mencintaimu tulus. Dan sangat apa adanya. Bagaimanapun keadaanmu. Karena itulah sebenernya cinta yang sesungguhnya. Kau tak perlu takut, karena kau punya Tuhan.

Bangunlah! Hapus semua kesedihan itu! Buang semua rasa takut itu! Kau pasti bisa! Sangat bisa! Karena aku tahu, kau bukan orang yang lemah! Kau bukan pengecut! Kau tak mudah putus asa! Kau masih punya banyak semangat! Jangan buang waktumu percuma! Seberat apapun masalahmu, pasti ada jalan keluar! Jangan pasrah pada keadaan! Jangan menyerah pada keadaan! Semua bisa diubah! Belum terlambat! Sangat belum terlambat bila secepatnya kau bangun! Doa dan semangatku selalu menyertaimu!

Aku percaya, kamu pasti bisa!

Back to Top