#mu

...

Mengurai kata-kata menjadi cerita. Tentangnya yang masih saja menggoda pikiranku untuk bicara cinta.

“Aku yang membuatmu terluka tapi kenapa justru perih yang berbalik tajam melukakan lukaku.”
“Tak mungkin hilang, jejak yang tercetak dalam kebersamaan. Tak peduli penyatuan masih menyisakan tanya pada detak kmudian. Tetap saja — lekang!”
Pilihan tetaplah sebuah pilihan. Jalani dengan semestinya, tanpa rekayasa “Demimu aku mampu. Jadikanmu yang terindah, meski penyatuan belum terjamah.”
“Ditempias ragu untuk tetap setia membingkai semua —tentangmu. Tak peduli, jeratan waktu menyudutkanku di batas damba semu. Mungkinkah?!”
“Tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi. Datang lagi, pergi lagi. Dan datang lagi berkali-kali —tiba-tiba.” #tentangmu
“Karena aku bersalah, aku tak berhak mengharapkan apa-apa. Hanya satu damba jika itu kamu ijinkan : selain baikmu, aku tak inginkan apa-apa.”
“Maafkan, aku harus jujur. Terbaik dan terindah ada padamu, meski penyatuan masih menunggu abjad Sang Waktu.”
“Kau buatku meratapi, betapa berharga dan berartinya —dirimu, satu-satunya. Pasti.”
“Sia-sia! Makin kutepikan jejakmu, makin kujerat adamu. Nyata seutuhnya.”
“Kehilangan itu…telah menampar egoku —dengan telak. Dan kutersadar : betapa berartinya kebersamaan.”
“Sepi di tengah keramain?” “Iya. Biarkan saja, setidaknya, aku tak sendirian.”
“Cinta itu bukan soal gagal atau tidaknya. Cinta tetaplah indah apapun hasilnya. Apa yang seharusnya kita lakukan adalah mencari kesempurnaannya.”

Hidup itu — ternyata, bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.”



_emka

1 comments:

Unknown mengatakan...

thenkyu...

Back to Top