0

Pagi Yang Sempurna

.


Selamat pagi, Mata.
Apa aku terlambat mengucapkannya?

Pagi selalu sempurna untuk sebuah awal yang terjaga.
Harapan itu, dan segala apapun tentangmu.
Dulu, ada satu keajaiban yang membangunkanku dari ruang hampa,
dan kamulah orangnya.
Kini, aku masih percaya, akan ada keajaiban kedua.
Siapa lagi kalau bukan kamu muaranya.


Dear you, Emka.


.
0

Tentang Ketiadaan Kita

.


Apa kamu pernah mendengar cerita tentang senja?
Bersama luka yang selalu mengiringinya, berjalan pelan di bawah lampu kota.
Temaramnya meniadakan air mata yang mulai meluluhlantahkan cinta.

Apa kamu pernah mendengar cerita tentang angin malam?
Dia yang selalu berjalan sendirian, dengan tangisan-tangisan air mata senja yang kering sebab pengabaian.

Apa kamu pernah mendengar cerita tentang pagi?
Secangkir kopi, batang tembakau, dan angin malam yang selalu dilupakan, seakan tak pernah ada.

Apa kamu pernah mendengar cerita tentang kita?
Sebuah asa yang seharusnya tak ada.
Biarkan senja, angin malam, dan pagi yang mengingatkan ketiadaannya.

dan kamu,
tak perlu kamu tahu apa-apa.
Bahagia saja untukmu disana, semoga.




Kolong Malam, 30 Agustus 2013



0

Sebuah Catatan Pagi

.

Berbahagialah,
nikmati apa yang sudah kamu temukan.
Jika lukamu datang, kembalilah, ada aku yang akan menyembuhkan.
Lalu pergilah ulang, nikmati apa yang kembali kamu temukan; lagi.

Ada yang sedang tertatih pedih.
Dia yang masih setia mencintai lukanya.
Dia yang masih berharap pada kerelaan Tuhan di setiap penghujung doanya.
Menunggu sesuatu yang tak kunjung pulang.

Tidak ada yang aku takutkan akan kepergianmu,
sebab jika suatu hari engkau datang, lagi,
kamu tidak akan pergi terlalu jauh.


Sebuah pagi, Agustus 2013.

.
0

Untuk Seorang Gadis Berkacamata

.

      Di sebuah sore, kala senja tutup tirai. Saat lampu kota mulai menggantikan lelah peluh matahari. Klakson-klakson mobil yang membuat telinga pekak. Lelah putus asa menggantung di mata pengguna jalan. Di saat seperti itu, Tuhan mengirimkan kamu; seorang gadis berkacamata. Dengan mata tajam sempurna, rambut panjang terurai, jam tangan merah jambu, dan wajah khas oriental. Ah, sungguh aku lemah terhadapmu.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Aku mulai kepayahan mencari cara untuk bisa mengenalmu. Buntu. Aku sangat pandai mengingat; tentang apa-apa yang pernah terjadi, terlebih pada cangkir kopi yang selalu menemani, setiap pagi. Tentang sore yang selalu dilewati dengan nyanyian peluh senja, dan tentang malam, yang dalam dekapannya, semua mimpi anak manusia dipeluknya. Namun apa, ketika tentangmu, otakku berhenti bekerja dan hatiku mati rasa.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Mungkin tentangmu hanya secuil keajaiban yang coba Tuhan tunjukkan melalui hal yang tak dinyana, bahwa di tempat yang tidak biasa selalu ada hal yang luar biasa yag bisa Tuhan ciptakan. Kamu yang tak tersentuh. Kamu yang aku tak sempat bertanya nama indahmu. Kamu yang bermata indah. Kamu yang berkacamata.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Semoga Tuhan sudah menyiapkan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya. Jika tidak, setidaknya ukiran tentangmu sudah kuabadikan dalam tulisan. Bersama harapan semuku, aku menunggumu.


Disebuah senja sore, Agustus 2013.

.
0

Seusang Cangkir Kopiku

.


Tiba saatnya;
kau hanya bisa menatap cangkir kopimu dibawah rinai pagi,
dan membiarkan hujan menceritakan kecemasannya.


.
0

Akan Selalu Ada Yang Pertama



Akan selalu ada yang pertama,
Seperti apa yang sudah kau rasakan sendiri,
Atau yang hanya diberitakan oleh Ibu dan Ayahmu dulu.
Atau rasa yang kau kecap diam-diam untuk dengan segera kau artikan sebagai cinta.
Atau ketika kau mencoba rokok pertamamu kemudian bertemu candu, lalu memberitahukannya pada Ibumu.
Akan selalu ada yang pertama,
Seperti bibir yang saling bertemu dan kau bilang itu ciuman paling indah yang pernah kau rasakan. Padahal belum ada ciuman-ciuman sebelumnya.
Juga rengkuhan yang kau bilang rumahmu sebagai lengan, padahal hanya selewatan tangan mampir di pundak.
Akan selalu ada yang pertama,
Seperti apa yang menangisimu hingga hendak runtuh semestamu serta serakan perasaanmu di gunungan tisu.
Akan selalu ada yang pertama,
Seperti mencintai orang lain setelah kau memutuskan dirimu sudah punya kekasih, untuk kemudian kau tertangkap basah dan hubunganmu berakhir sudah.
Akan selalu ada yang pertama,
Seperti apa-apa yang kamu sangka tiada. Untuk kemudian kamu menyadari bahwa hanya karena sesuatu belum pernah kamu temui bukan berarti ia tidak ada.
Dan yang terakhir,
Akan selalu ada yang pertama,
Dimana telah kau temui dua, tiga, atau bahkan entah kali ke berapa.
Kau akan jatuh cinta pada orang yang sama, seperti pertama kalinya.

oleh Elwa, dalam Fragmen Dua Kepala.
0

Kepada Rinai Pagi

.

kepada kamu...
ijinkan pesakitanku sedikit bersandar,
dia sudah terlalu lelah, sendiri.


kepada rinai pagi...
tolong sampaikan pesan ini,
bahwa lukaku masih setia disini,
menunggu goresan tak bernama, selanjutnya.


.
0

Tentang Pelangi

.



Tolong jelaskan,

Adakah yang lebih setia dari sebuah pelangi?
dia yang tak pernah jera menunggu hujan reda.

Adakah yang lebih tabah dari sebuah pelangi?
Sejenak datang untuk meronakan hari,
lalu mengalah pergi untuk matahari.

Sedang kamu,
yang belum juga menyadari akan aku, disini.



.

Untuk Kamu

.


Adakah yang lebih ramai dari riuh tawa canda?
Ada. 
Dua cangkir kopi dengan kita yang saling memenjarakan kata, dan membiarkan mata kita saling bicara.

Adakah yang lebih sepi dari kesendirian?
Ada. 
Ketika dua manusia saling mencinta tanpa ada ‘kita’ diantaranya.

Adakah luka yang lebih menyakitkan dari putus asa? 
Ada.
Ketika bertahan adalah pilihan terakhir dalam air mata pesakitannya.

Adakah jalan yang lebih panjang dari jarak yang pernah ada?
Ada. 
Itulah kita.

Terima kasih sudah datang, lagi, dan pergi tanpa pamit, untuk kesekian kalinya.

Darimu, aku banyak belajar tentang rasa sakit.
Darimu, aku banyak belajar tentang mimpi.
Darimu, aku banyak belajar cinta,
iya, bahwa cinta memang tidak selalu harus memiliki.

Rasa itu masih sama. Bahkan getarannya. Apalagi kenyamanannya.
Hanya saja, rasa itu tak bernama, asing.
Pun bertuan, dia piatu sekarang, tak bernona.

Bahkan aku terlalu mencintai setiap pertemuan kita, walau selalu berujung sajak tak bernama.

Jaga diri kamu baik-baik. 
Sampai bertemu lagi, disuatu nanti yang kapan entah.

Jika esok kau datang lagi, 
semoga aku sudah siap, untuk pesakitan selanjutnya.




.
0

Asaku Patah, Lagi.

.


Asaku patah, lagi.


.
Back to Top