0

Untuk Seorang Gadis Berkacamata

.

      Di sebuah sore, kala senja tutup tirai. Saat lampu kota mulai menggantikan lelah peluh matahari. Klakson-klakson mobil yang membuat telinga pekak. Lelah putus asa menggantung di mata pengguna jalan. Di saat seperti itu, Tuhan mengirimkan kamu; seorang gadis berkacamata. Dengan mata tajam sempurna, rambut panjang terurai, jam tangan merah jambu, dan wajah khas oriental. Ah, sungguh aku lemah terhadapmu.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Aku mulai kepayahan mencari cara untuk bisa mengenalmu. Buntu. Aku sangat pandai mengingat; tentang apa-apa yang pernah terjadi, terlebih pada cangkir kopi yang selalu menemani, setiap pagi. Tentang sore yang selalu dilewati dengan nyanyian peluh senja, dan tentang malam, yang dalam dekapannya, semua mimpi anak manusia dipeluknya. Namun apa, ketika tentangmu, otakku berhenti bekerja dan hatiku mati rasa.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Mungkin tentangmu hanya secuil keajaiban yang coba Tuhan tunjukkan melalui hal yang tak dinyana, bahwa di tempat yang tidak biasa selalu ada hal yang luar biasa yag bisa Tuhan ciptakan. Kamu yang tak tersentuh. Kamu yang aku tak sempat bertanya nama indahmu. Kamu yang bermata indah. Kamu yang berkacamata.

      Untuk seorang gadis berkacamata. Semoga Tuhan sudah menyiapkan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya. Jika tidak, setidaknya ukiran tentangmu sudah kuabadikan dalam tulisan. Bersama harapan semuku, aku menunggumu.


Disebuah senja sore, Agustus 2013.

.

0 comments:

Back to Top