0

Merapi, ku Bersimpuh di NaunganMu

            

         Jogja, 31 Maret 2012. Sebuah Sabtu cerah untuk meluruskan niat menikmati ciptaanMu dan hangatnya persahabatan. Iya, tepat pagi itu kami berangkat untuk pendakian massal Merapi, bersama sahabat dan kakak-kakak yang luar biasa. Dua puluh orang tepat kami menghabiskan weekend itu bersama, demi sebuah tempat yang penuh dengan kentalnya gurauan dan kecilnya kita sebagai hamba Tuhan; Merapi. 

Merapi, sebuah karya alam atas nama Tuhan

          Pagi itu, tepat jam 08.00 WIB kami berkumpul. Setelah semua persiapan telah siap, kami bergegas menuju basecamp untuk sejenak beristirahat dan briefing untuk perjalanan yang sebenarnya. Selo, New Selo lebih tepatnya kami nge'camp'. Istirahat, makan siang, sholat, dan briefing sebelum keberangkatan. 

            Pendakian pun kami mulai, dari sebuah tempat bernama New Selo langkah perjuangan kami dimulai. Dengan dibagi menjadi tiga tim pendakian, kami bergantian dalam pemberangkatan. Hembus nafas yang langsung terdengar  jelas di 100 m pertama, degub jantung yang mulai berperang dengan tipisnya oksigen serta kaki yang mengencang seiring aliran udara dalam darah. Awal yang berat. Pikirku, mungkin ini hanya awal saja, jalur yang ngetrack dan bonus yang minim, dan irama yang belum kudapat, tapi ternyata?? tracking, itulah Merapi. Berbeda sekali dengan gunung yang kudaki sebelumnya, Merbabu, walaupun jauh, namun tidak melulu ngetrack. 

      Hampir 7.5 jam kami berjalan. Dari post satu sampai akhirnya sampai di pos tiga, Pasrah Bubrah.Perjalanan pendakian yang sangat luar biasa. Fisik yang benar-benar diuji dan mental yang secara tidak langsung ikut diuji. Jalur yang menanjak terus menerus, angin gunung yang menusuk, oksigen yang mulai menipis, stenaga yang terkuras setelah berjam-jam berjalan, dan peluh, keluh serta lelah yang menyerang, perjalanan yang sangat luar biasa.

        Kebersamaan, persahabatan, dan hangatnya sebuah 'keluarga' sangat kami rasakan dipendakian tersebut. Luar biasa, kata yang bisa mewakili perasaan saat itu. Semua bercampur jadi satu. Putus asa, hampir saja mampir dipikiranku, lelah dan dingin yang memuncak, gila! Terasa jauh dan tak berujung. Hhahahaaa, semacam lemah mungkin aku. 

           Pasar Bubrah pun akhirnya terlihat, setelah tim 'tomcat' pertama yang menghilang dan ternyata telah mulai mendirikan tenda. Bahagia, itu saja. Tergambar jelas hangatnya tenda, nikmatnya kopi panas dan mie rebus yang berkebul,  wooww!!! Tenda berdiri, kopi tersedia, mie rebus yang telah masak, subhanalloh, nikmat Tuhan yang tak pernah terlintas, dan cengkerama bersama sahabat erat, 
Bahagia itu sederhana kawan.

            Sayub kabut, teriakan embun, dan hangat matahari pagi membangunkan lelah istirahat kami. Megah puncak merapi telah memanggil nyali kami. Pendakian menuju puncak kemegahan Merapi pun kami lakukan. Keluh, peluh, dan lelah telah terbayarkan oleh satu tempat itu. Lunas dan tuntas.
 Terima kasih Tuhan, dan sahabat, atas perjalanan dan perjuangan ini.

sebuah perjuangan tanpa batas logika.
sebuah perjalanan tanpa batas peluh.
sebuah perjalanan persahabatan.
sebuah perjalanan perjuangan.
sebuah perjalanan pengorbanan.
sebuah kisah yang kan selalu hidup.
dihati.
dialiran darah ini.




Merapi, April 2012
terima kasih sahabat atas semua ini.
kalian yang sangat berarti.



Muhammad Khadafi

0 comments:

Back to Top